Thursday 26 November 2009

Suku minoritas Indonesia gunakan huruf Korea sebagai huruf pengantar bahasa



Sebagai tugas mata kuliah terjemah, dosen saya menyruh untuk mencari headline berita korea dua versi. Versi Inggris dan versi koreanya seklian. Berhubung saya follow twitter KBS, saya nggak perlu pusing untuk memilih dan memilah bahan. Pilihan saya jatuh pada headline “Indonesian Tribe Chooses Hangeul as Official Writing System ” (인도네시아 소수민족, 한글을 공식 문자로 채택 ). Isinya tentang suku cia cia di sulawesi tenggara, tepatnya di Buton yang menggunakan Bahasa Cia-cia yang termasuk dalam rumpun bahasa aboriginal, tappi penduduk di daerah tsb buta aksara. Bangsa indonesia yang terdiri dari banyak jenis bahasa daerah, sebagaimana kita ketahui, sudah banyak bahasa daerah yang hilang karena masyarakatnya lebih memilih bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Seoul National University professor, Lee Ho-young membantu masyarakat setempat untuk menggunakan han-geul (aksara korea) sebagai sarana pengantar baca tulis sebagai media pelestarian bahasa cia-cia. Di sisi lain, ternyata pemerintah korea telah menetapkan bahwa han-geul adalah salah satu produk ekspor korea.

Dari pandangan saya, yang notabene awalnya adalah seorang yang tidak terlalu tertarik dengan asia timur seperti korea, Jepang dan China, anksara Hangeul adalah aksara dataran Asia timur yang paling mudah dipelajari. Hal ini pun sudah diamini oleh UNESCO. Huruf yang ditemukan oleh raja Sejong untuk memberantas buta aksara penduduk korea (dulunya orang korea menggunakan huruf china dan Jepang, sekarang bagi orang korea huruf huruf kedua negara tersebut disebut hanca. Semacam huruf kanji bagi orang Jepang) dan akhirnya Korea adalah negara yang terbebas dari buta aksara.

Hangeul terdiri dari 24 huruf. Berbeda dengan jepang, huruf korea memang agak susah diromanisasikan. tapi setidaknya huruf korea jumlahnya pas dengan jumlah tuts anda

0 comments:

Post a Comment